Distribusi Buku Menumpuk, Sekolah Tertekan….?
Sekolah sebagai wadah pendidikan tidak seharusnya menjadi muara bisnis untuk mengeruk untung kelompok maupun pribadi. Keprihatinan pemerhati pendidikan maupun organisasi profesi harusnya menjadi garda berjuang untuk menekan angka pengeluaran pos anggaran di sekolah seperti yang tengah terjadi di kabupaten Takalar.
Sejalan pelaksanaan kegiatan workshop Ikatan Guru Indonesia (IGI) yang pembiayaannya dibebankan ke masing-masing sekolah sebesar Rp. 175.000 persekolah, distribusi buku juga ikutan menyita pos anggaran di sekolah. Hingga para kepsek merasa tertekan dengan kondisi namun tidak memiliki keberanian menolaknya. ” Kami tidak bisa berbuat banyak, jadi sangat terpaksa diterima,” ungkap kepsek.
Lepas dari aksi jual majalah milik Pemkab Takalar melalui Bagian Humasnya, sekolah kembali dihujani sebuah buku berjudul ” MENEBAR BHAKTI di BUTTA PANRANNUANGKU.” Buku ini dijual Rp. 75 ribu pereksampelarnya dengan ketentuan 10 exp persekolah atau Rp. 750 ribu persemolah. Selain pengadaan buku dan majalah, juga dibebani berbagai spanduk dan kelender Bupati dengan harga lumayan mahal. ” Kita harus loyal meskipun terbebani di LPJ,” ujar kepsek. (malo/R)