Konsekuensi Aturan Bosman di Jendela Transfer Musim Dingin 2017
Di akhir musim 1990, perasaan gundah mungkin sedang dirasakan oleh Jean-Marc Bosman. Ia mungkin sadar jika dirinya bukanlah pemain hebat yang mampu menarik minat kesebelasan-kesebelasan lain untuk merekrutnya. Bosman hanyalah pemain biasa-biasa saja, yang bahkan sudah kurang dibutuhkan oleh kesebelasannya saat itu, RFC Liege, yang berkompetisi di divisi dua Liga Belgia.
Karier Bosman pun coba diselematkan oleh salah satu kesebelasan yang berkompetisi di divisi dua Liga Prancis, US Dunkerque. Walau kontraknya telah berakhir, akan tetapi Liege enggan untuk melepasnya begitu saja. Ketika itu, aturan mengenai kebebasan transfer belum berlaku. Jadi, walaupun Bosman telah habis masa kontraknya bersama Liege, namun Liege masih tetap memiliki hak pemainnya.
Liege pun menawarkan dua pilihan kepada Bosman. Yang pertama, Bosman boleh pergi menuju Dunkerque, asalkan klub itu mau menebusnya dengan harga 250 ribu poundsterling, atau empat kali lebih besar dari harga awal Bosman ketika Liege membelinya.
Sedangkan yang kedua, Liege menawarkan Bosman perpanjangan kontrak tetapi jumlahnya empat kali lebih kecil dari kontrak lamanya. Itu artinya, Bosman akan menerima penurunan gaji hingga mencapai 75%.
Dunkerque dengan tegas langsung menolak permintaan yang diajukan oleh Liege. Sementara, Bosman pun terancam mendapatkan hukuman dari Federasi Sepakbola Belgia karena keengganannya untuk menandatangani kontrak baru dengan Liege.
“Saya tak terima dengan peraturan tersebut. Federasi Sepakbola Belgia pun menghukum saya karena saya tidak mau menandatangani kontrak. Saya merasa jika bergabung dengan Liege, saya akan semakin tersiksa dengan nilai yang mereka ajukan. Mereka seperti menutup peluang saya untuk mendapatkan uang di kesebelasan lain,” jelas Bosman saat itu, seperti dilansir The Guardian.
Merasa diperlakukan tidak adil, Bosman akhirnya mengajukan gugatan terhadap Liege, Federasi Sepakbola Belgia, dan UEFA, ke Pengadilan Hukum Eropa di Luksemburg. “Saya merasa bahwa karier saya akan mendekati kata selesai. Akhirnya saya memutuskan untuk mengajukan gugatan terkait hak saya sebagai warga negara. Alasannya adalah saya, sebagai masyarakat Eropa, berhak bebas pindah seperti para pekerja lainnya,” tambahnya.
Akan tetapi, butuh waktu sekitar lima tahun bagi Bosman untuk memenangkan perjuangannya tersebut. Tepatnya pada 15 Desember 1995, gugatannya dimenangkan oleh Pengadilan Hukum Eropa. Pengadilan Eropa memutuskan bahwa sikap Liege itu merupakan pengekangan secara ilegal yang dilarang terkait dengan perdagangan. Pengadilan menyatakan bahwa pemain yang sudah tidak terikat kontrak dapat hengkang ke kesebelasan lain tanpa banderol transfer.
Namun Bosman telah pensiun sebagai pemain ketika itu. Sebagai gantinya Bosman mendapatkan ganti rugi yang dikabarkan mencapai 1 juta dollar AS. Keberhasilan Bosman memenangkan gugatan tersebut pun memunculkan beberapa aturan baru yang dikenal sebagai Bosman Ruling. (*)