Politik

PWI Takalar, Polisi Jangan Diam Terkait Pemukulan Wartawan

Kasus pemukulan wartawan di Menara Bosowa (MB) pada acara debat kandidat calon Bupati – Wabup Takalar jadi trending topic baik di media social (medsos), masyarakat maupun lembaga jurnalis tidak terkecuali Persatuan Wartawan Indonesi (PWI) Takalar.

Ketua PWI Takalar, Maggarisi Sayyied Dg Nyau mengatakan, pemukulan terhadap salah seorang wartawan online 24 jam di BM merupakan tindak criminal yang harus di proses hokum. Selain kecaman terhadap pelaku yang diduga pendukung HB – HN, Maggarisi berharap kepada pihak kepolisian untuk melakukan lidik. “Kami berharap, polisi tidak tinggal diam terkait pemukulan wartawan. Apalagi nama Fahruddin Rangga yang selain adik kandung H.Bur juga sebagai anggota DPRD Sulsel disebut-sebut ada di TKP, ” tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, jurnalis yang akrab disapa Bombom ini adalah reporter media ONLINE 24JAM yang dipaksa menghapus gambar serta dipukuli saat menjalankan tugasnya melakukan peliputan dimana awal kejadiannya korban dipaksa menghapus gambar oleh beberapa orang yang diduga pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati Takalar nomor urut satu, Burhanuddin Baharuddin – M Natsir Ibrahim (Bur-Nojeng), di Menara Bosowa, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, Rabub(28/12/2016) malam.

Selain dipaksa menghapus gambar, beberapa orang bahkan melayangkan pukulan ke arah Bombom. Tapi untung, petugas cepat dan menyelamatkan Bombom. “Waktu saya sudah dikepung, saya bilang wartawan mau liputan dan sudah saya perlihatkan id card, tapi mereka tetap ngotot suruh hapus gambar. Pokoknya sudah banyak serangan dari segala arah,” lanjutnya.

Bahkan adik kandung calon Bupati Burhanuddin Baharuddin yakni Fahruddin Rangga (anggota DPRD Provinsi Sulsel) juga ikut memaksa Bombom menghapus gambarnya. “Waktu itu, muncul juga saudaranya Pak Bur dorong saya dan menanyakan media saya. Saya bilang online24jam, tapi tetap dia suruh hapus gambar,” imbuhnya.

Dirinya baru dapat lepas dari kepungan setelah dilerai oleh anggota polisi berpakaian preman. “Anggota polisi berpakaian preman tarik saya dari kepungan massa,” tutupnya. (cw/R)