Wanita Listrik Ini Ketagihan Buka Pintu Penduduk Desa
Tri Mumpuni, sosok wanita perkasa yang dijuluk wanita listrik ‘ ketgihan ‘ untuk membukakan pingu kebaikan bagi penduduk desa. Wanita kelahiran Semarang 52 tahun lalu ini dijuluki ‘wanita listrik’ karena keberhasilannya melistriki lebih dari 60 desa terpencil di seluruh Indonesia. Sudah banyak penghargaan yang diterima Tri berkat prestasinya. Aktivitasnya melistriki desa-desa berawal dari pertengahan 1990-an saat ia ikut suaminya membangun pembangkit listrik kecil bertenaga air di sebuah desa di Subang.
Menurut Tri, awal ketertarikannya untuk masuk ke desa ngurusi listrik saat dirinya diajak sama suami melihat potensi air di Indonesia yang luar biasa melimpah. Dia membangun satu pembangkit kecil 13 KW di desa Subang untuk melistriki penduduk desa yang jumlahnya 144 KK. Waktu itu diawal tahun 1990-an dirinya bersama suami masih mengerjakan rumah murah untuk penduduk miskin perkotaan.
Ternyata pengalaman itu sangat membuka mata Tri, bahwa listrik sangat bermanfaat bagi masyarakat di desa-desa terpencil yang belum terjangkau oleh PLN. Membangun desa juga menurutnya lebih mudah dan berguna dibanding membangun kota.
Dikutip dari detikcom, Tri terobsesi melihat listrik itu menjadi pembuka pintu peradaban bagi masyarakat desa dan mampu untuk menjadi pendorong pembangunan ekonomi. makanya memutuskan untuk mengurus desa saja karena lebih jelas hasilnya dan interest politiknya membangun desa agak kurang dibanding harus membuat perubahan di kota. Musuh utama pembangunan kota adalah uang, money driven development, siapa yang punya uang itulah yang bisa merubah wajah kota seperti yang mereka inginkan. Begitu bahagianya hati Tri saat menyaksikan masyarakat di pelosok desa gembira karena adanya listrik.
“Kalau di desa, kita datang dengan niat baik untuk membuat perubahan, misalnya dengan pintu masuk memberi akses listrik, dengan pendekatan yang benar, kita akan dianggap sebagai ‘pahlawan’. Itu saya rasakan benar pada saat kita melakukan comissioning, uji coba listrik pertama kali menyala selama 72 jam non stop. Pas listrik menyala mereka berteriak ‘Allahu Akbar’ saya sering merinding di tengah tengah penduduk di daerah terpencil bahkan kadang di tengah hutan pada waktu itu yang gelap gulita tiba-tiba terang oleh listrik yang kita bangun,” tambahnya.
Kebahagiaan yang timbul karena melihat kebahagiaan masyarakat desa saat mendapat listrik ini membuat Tri ketagihan. Akhirnya ia benar-benar terjun mengabdikan hidupnya demi mengubah desa-desa yang gelap menjadi terang benderang. “Berbuat baik itu membuat saya ketagihan ternyata, sejak saat itu, saya tidak pernah berhenti untuk membuat muka orang-orang desa bahagia. Dan dalam bukunya Doktor Ali Syariati, seorang ulama Iran, beliau mengatakan bahwa kalau kamu ingin mendekat kepada Tuhan, dekatlah dengan kaum dhuafa. Sejak saat itu, saya tidak pernah berhenti keluar masuk desa dan daerah terpencil, namun saat ini tidak sesering dulu waktu masih muda,” pungkasnya. (*/R)